farijsvanjava tadi menjadi pahlawan pembasmi kecoak di kosan cewek. hwahaha…!
Ya, Farijs Rider kembali beraksi, Saudara-saudara. Kali ini musuhnya adalah para kecoak alias kakerlak alias kepuyuk alias Lipasjorokus corois. Awalnya sang Farijs Rider mendapat callingan-needed-help dari teman perempuannya karena kamar mandi kosannya diserang segerombolan lipas yang ganas. Sang teman yang kecoafobia itu nyaris putus asa menghadapi segerombolan lipas tersebut hingga akhirnya Farijs Rider datang dengan tiba-tiba. Wusssssh! Farijs Rider dengan gagah perkasa segera menunjukkan kejantanannya.
Layaknya para jagoan film sebelum bertarung melawan tokoh jahat, terjadilah perang kata-kata antara Farijs Rider dengan gerombolan Lipasjorokus corois.
Farijs van Java: Pegi lu lu pade! Jangan mangkal di marih lagi! Ini daerah kekuasaan gue!
Lipasjorokus corois: miwmiwwwkk nuwkkwik mwiiik //translate please// Enak aje! Siape elu??
Farijs van Java: Kalau begitu, bersiaplah untuk menerima seranganku. Hiaaaaaaaattt!Karena omongan Farijs van Java tak digubris, diindahkan, maupun difitrikan //korban sinetron mode on// akhirnya ia menunjukkan kedigdayaannya. Diluncurkannyalah serangan demi serangan bertubi-tubi ke arah para Lipasjorokus corois. Kaboooomm!! Kapow!! Deziii..iingg!! Plakk!! Pok ame-ame belalang kupu-kupu… Para Lipasjorokus corois tak dapat menahan serangan membabi-bisu dari Farijs van Java tersebut. Mereka pun takluk. Terbuktilah bahwa Farijs Rider memang sakti mandragade!
Senang rasanya berbuat suatu kebaikan. Meskipun itu hanyalah membasmi kecoak di kosan cewek. Di samping kita mendapatkan pahala dari Yang Maha Kuasa //Insyâ Allâh//, kita juga mendapat traktiran makan malam. Hwehe.
Sembari menyembuhkan trauma dan tekanan batin akibat gangguan para lipas, kutemani dia membeli segala perlengkapan antikecoak. Mulai dari semprotan antiserangga, kapur barus, hingga kapur ajaib antikecoak ia beli sekaligus. Meski telah kuyakinkan padanya bahwa para kecoak itu takkan datang lagi, ia bersikeras untuk mempersenjatai dirinya dengan benda-benda itu. Tak apalah, kupikir. Hitung-hitung mengurangi beban mentalnya. Bertekadlah ia untuk menjadi orang yang paling tidak jorok di dunia agar para kecoak tak datang lagi menghampirinya. Wuih, ternyata ada manfaatnya pula kecoak diciptakan di dunia ini. Sesungguhnya Allâh tidak menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia….
Setelah puas membeli segala macam amunisi antikecoak, makanlah kami sate padang. Sate padang pun kami makan. Akhirnya kami makan sate padang. Berceritalah ia tentang asal muasal kecoafobia yang dideritanya. Rupanya ketakutan akan kecoak dimulainya sedari SD. Waktu itu, ketika sedang //maaf// pup, hinggaplah seekor dua sungut kecoak di kakinya. Perasaan merasa terancam nyawa dan jiwanya oleh makhluk kecil mungil menggelikan waktu itu terbawa hingga kini. Duh duh kasihan….
Di saat menikmati sate padang yang baru pertama kali itu kumakan //sungguh, ndak enak banget//, datanglah seorang pengelana bergitar alias pengamen jalanan. Jreng ejreng ejreeeng, jreng jrenggg! Kuberikan selembar rupiah. Terima kasih, Kak//memandang ke arah kawanku//, terima kasih, Om//memandang ke arahku//, ucap si pengamen pamitan. Begitu si pengamen ngeluyur pergi, aku langsung syok! Lemas. Apa?? Dia dipanggil “kakak” sementara aku dipanggil “Oom”??! Tidaaaaaaaakk!
Sebegitu boroskah mukaku memakan usia?? Semirip inikah aku dengan oom-oom yang sedang berkencan dengan gadis abege?? Di saat aku mengutuk mukaku sendiri itu ia tertawa terpingkal-pingkal. Makin lemaslah aku. Huh!
Katanya sih itu gara-gara jenggotku. Jenggotlah yang membuatku tampak belasan tahun lebih tua. Apakah iya, Saudara-saudara? Apakah benar? Sepertinya sih memang ada benarnya juga. Sudah banyak yang berkata seperti itu. Teman-temanku, bos-bosku, pakdhe-budheku. Bahkan ummiku sendiri pernah menyuruhku mencukur jenggotku lantaran takut orang-orang nanti menyangka aku suaminya ketika aku pergi dengannya. Waduhaduh™….
Jenggot, sesungguhnya lewat jenggotlah aku ingin membangkitkan kepercayaan diriku. Bahwa aku dapat menjadi dewasa. Bahwa aku bukan anak kecil lagi. Bahwa aku bisa mulia. Bahwa aku tak butuh orang lain tempat bergantung. Dan yang lebih penting adalah untuk meneguhkan bahwa aku seorang laki-laki. Aku adalah laki-laki! Kalian boleh mencukur kumisku atau membabat habis jambangku. Tapi janganlah sekali-kali kalian memaksaku mencukur jenggotku. Karena ia adalah kelaki-lakianku. Harga diriku!
Dalam kolam ada berudu
Dalam hati ada rindu
Bukan perasaan cemburu atau terharu
Bukan mau berucap I Miss You
Bukan pula I Love You
Cuma ingin berpesan sesuatu
Kalau mau bubu
Pipis dulu!
Ayo laki-laki, tidooooorr…!
v(^_^)
*ngakak guling-guling*
kan dirimu sendiri yang mau dianggap dewasa… jadi jangan ngambek kalo dipanggil oom 😀
SukaSuka
aahh,,, ternyata kata2 yang di ending itu dari kk manis toh,…
pantesan aja, dikirim2 ke gw, mau pamer ceritanya..
hahhaa…..
dasar oedipus complex 😛
SukaSuka
langsung liat jenggotku juga
kayaknya dah pantas buat dicukur
SukaSuka
Om…om…dirumahku juga banyak kecoak…tolong dong om…
SukaSuka
Oom .. kalo ada kecoak, kirim ke rumahku aja ..
banyak ayam ku ngantri buwat nyantap itu kecoak .. 😀
SukaSuka
Ehm, sempet ngalamin phobi ky gituh gara-gara waktu masih kecil tuh kecoa masuk sepatu lantas rangsek keinjek. Jijik kan kerasanya. Ihh.. dari situ deh jijik. Padahal dulunya tuh kecoa sering maen bareng [si kecoa selalu jadi korban deh]. Hehe.
SukaSuka
smagat boz//
aq jg sering bgt dpanggil om,, pak jg prnah.. pdhl q lahir 1989
ktnya mggil om tu krna g da alternatip lain,, klo mas ato bang, ksannya orang biasa// mgkn om tu mirip kyk DUDE dlm bhs english.. tp DUDE g da translatenya
SukaSuka
[…] Hal unik yang kulihat adalah tidak ada satu pun mayat bangkai nyamuk. Apa kira-kira yang justru kulihat, Saudara? Bangkai kecoak betebaran di mana-mana! Fogging rupanya telah membantai banyak kecoak. […]
SukaSuka