Kabar Malam Keesokan Harinya

Jadi, Saudara, seperti yang pernah kujanjikan kemarin dalam Kabar Pagi, akan kuceritakan kisah perjalananku selanjutnya.

Kemarin siang aku jadi pergi ke toko buku langganan yang gemar memotong harga sekian persen. Di sana ternyata tak ada Jejak Langkah! Betapa menyebalkannya, Saudara. Jauh-jauh berpanas-panas pergi ke situ, ternyata tak ada barang yang diidamkan. Ini sesuai dengan perkataan Antho Hiu bahwa toko buku yang tidak punya persediaan buku yang kita cari laksana warteg yang kehabisan nasi.

Walhasil, belilah aku buku yang keempat dari Tetralogi Buru: Rumah Kaca. Dengan tangan menenteng buku itu dan muka sedang dalam kondisi tampan seadanya, aku pun berbaris di depan kasir. Ketika sedang mengantre untuk membayar, kulihat tumpukan buku yang menarik perhatian. Judulnya: Mozart’s Last Aria buah karangan Matt Rees. Jadilah kubeli juga buku itu. Jadi ada berapa buku yang kubeli di toko buku langgananku kemarin siang itu, Saudara? … Pintaaaaar!

Awalnya aku cari-cari itu buku Jejak Langkah di deretan rak sastra. Buku-buku lain karya Pramoedya Ananta Toer ada di situ. Tapi tak kutemui satu pun Jejak Langkah meski sudah kuobrak-abrik deretan buku hingga nyaris porak-poranda.

Akhirnya aku pergi ke komputer yang sedianya dapat kutanyai. Kuketikkan Jejak Langkah di borang pencari. Ternyata oh ternyata, Saudara, ada barang tujuh buah buku Jejak Langkah terdapat dalam register komputer toko buku. Tapi mengapa di rak tadi tidak ada?

Aku tengok sekeliling. Tak ada mbak/ mas pelayan toko. Aku tengok lagi sekeliling. Tak ada pula. Aku berjalan ke sana kemari menyusuri satu demi satu lorong demi mencari keterangan: ada di manakah gerangan Jejak Langkah yang ada tujuh eksemplar itu? Mengapa di dalam toko buku yang besar ini tak ada satu pun pelayan toko yang dapat ditanyai dan melayani? Kondisi ini aku bagaikan saja seperti kapal terbang besar tanpa satu pun pramugari.

Ah, akhirnya kulihat pula satu mas pelayan toko di ujung sana. Kuhampirilah dia. Begitu kudekati, eh si mas malah menjauh. Setelah adegan kejar-kejaran berlangsung sekian lama, barulah dapat kutangkap mukanya lantas segera menanyakan apa yang menjadi kehendakku. “Oh, Jejak Langkah-nya kosong, Mas,” be-gi-tu-lah ja-wab-nya.

Lantas, mengapa komputer tadi mengatakan masih ada tujuh buah Jejak Langkah? Apakah ia berbohong? Akhirnya kurenungkan pula bahwa sistem basis data di toko buku ini tidak aktual. Kata Pak Bambang kondisi toko buku yang sistem basis datanya tidak mutakhir ini ibarat kapal terbang dengan pramugari manula.

Siang itu pula aku mampir ke toko buku yang satunya: TGA Bookstore di Margo City Depok. Masih ingatkah kalian dengan postingan Doraemon Jadi Boneka? Nah, rupa-rupanya di sana masih ada banyak boneka-boneka Doraemon yang lucu-lucu itu. Silakan, bagi yang mencari dan mengidamkan.

Di toko buku ini, barulah kudapatkan Jejak Langkah yang kuinginkan. Pertanyaannya adalah, ada berapa buah bukukah yang kubeli pada siang kemarin itu?

18 pemikiran pada “Kabar Malam Keesokan Harinya

    1. Nah, gitulah. Seringnya pan toko-toko buku di sini gitu. Gak update banget database-nya. Inventarisasinya jelek banget, ah. Udah gitu, sering pula di komputer dibilang ditaruh di rak A, eh ternyata ditaruh di rak C.

      Suka

  1. Kalau di Gramed yang besar, biasanya rak bukunya tepat dan pas sesuai dengan yg tertera di komputer. Tapi kuantiti aktual nya sih belum tentu sama.

    Suka

    1. Di Gramed Matraman maksudnya? Ah, gak semua tepat juga, Bu. Saya sering cari-cari buku di situ susah banget. Seringnya gak ada di rak yang disebutin komputer. Malah sering pula di komputer gak ada dikasih nomor rak alias nowhere.

      Suka

  2. Hmm, saya sering tuh kejadian kayak gitu, mau nyari buku, di komputernya jelas-jelas tertulis masih ada 10 stok, tapi saya cari-cari malah gak ada! 😡
    atau kebalikannya, di komputer tertulis sudah habis, tiba-tiba saya berhasil dapat satu~ 😆

    Suka

    1. Di komputer masih ada stok tapi di rak gak ada, bisa jadi karena yang disebut masih stok itu sudah diambil orang tapi orang itu sedang keliling ke rak-rak yang lain dan belum membayar di kasir. Begitulah kira-kira.

      Suka

  3. Bahkan di toko bagus terkenal semacam Gramed, saya pernah kecewa karena data yang di komputernya tak ter up date….di komputer dikatakan ada persediaaan, diubeg di rak tak ada.

    Suka

    1. Iya, Bu. Sama, saya juga sering begitu.

      Tapi memang ada kemungkinan kalau misalnya persediaannya tinggal sedikit, sedang dibawa pengunjung lain dan belum ke kasir. Tapi juga sih seringnya diretur, kata petugasnya.

      Suka

Silakan berkomentar sesuka hati