Sejak SD aku sudah mengagumi kaligrafi. Di masjid, di musala, di mana saja terdapat kaligrafi arab, aku suka menatapnya lama-lama. Alangkah senang tak terperi ketika dulu ayahku membelikanku buku kaligrafi arab. Berjam-jam aku tahan
Tak hanya kaligrafi arab, aku pun mengagumi kaligrafi latin. Copperplate, blackletter, dan sebangsanya telah membuat otakku serasa meletus. Dorrr! Aku pun terkejut. Di kala bosan menyimak guru menerangkan pelajaran di kelas, aku pun mencoret buku catatan dengan coretan asal kaligrafi. Hatiku pun riang.
Semenjak menggemari fountain pen, aku pun menjadi tahu bahwa untuk membuat kaligrafi atau tulisan indah yang aku kagumi itu membutuhkan pena-pena dengan kriteria khusus. Ada yang mata penanya lentur, ada pula yang mata penanya seperti klem kertas.
Rencananya aku ingin membeli pena semacam itu sebelum pulang ke kampung halaman akhir pekan ini. Sembari ngabuburit menunggui ibu memasak makanan buka puasa, alangkah nikmatnya sambil belajar kaligrafi, bukan?

[…] https://drjt.wordpress.com/2013/07/29/kaligrafi/ […]
SukaSuka
[…] ilmu tentang keuangan negara. Tempat dimana aku secara iseng mencoret-coret dinding kamar dengan kaligrafi arab untuk kemudian tersadar bahwa kemungkinan besar aku akan dimarahi oleh ibu kos. Tempat dimana […]
SukaSuka