Tubin, Tulat, Lusa, lalu Esok

Saudara, pernahkah selama semalaman mulut kalian tidak berhenti menyunggingkan senyum?

Entah siapa yang melukis, tetapi semalaman ini bibirku melebar sejadi-jadinya mengembangkan senyuman termanisku. Entah pula apa yang menyebabkannya, aku tak mau repot-repot menyelidikinya.

Dari harus berlari-larian di bawah gerimis mencari ojek, ngotot-ngototan rebutan kursi, terpaksa menyimak orang bertengkar, sampai susah tidur karena posisi tidak memungkinkan tidak menyurutkan mulutku untuk selalu tersenyum lebar.

8 pemikiran pada “Tubin, Tulat, Lusa, lalu Esok

  1. selamat (sebentar lagi) menempuh hidup baru yaa ris..
    udah mau berangkat tadinya, sebelum akhirnya dapet kabar kalo jalannya lubang gede gede bingit.. 😦

    maapin yaaaa durliiinnn.. nantik aku mintak alamat kamu di jakarta yaa ^^

    thank youuu..

    BR,

    asti

    Suka

  2. biasanya kalau ky gitu sih karna bahagia yg luar biasa karna mendapatkan sesuatu yang di inginkan hehehe….. lama nih tdk berkunjung kemari, salam sehat selalu y pak 🙂

    Suka

Silakan berkomentar sesuka hati