Perkenalkan

Perkenalkan! Nama saya Seno.
Ketika tulisan ini dipublikasikan usia saya empat bulan kurang beberapa hari. Hari ini saya ingin menceritakan seluk beluk perjalanan hidup saya yang sudah cukup lama ini.

Oke, saya harus jujur. Nama saya di akta adalah Sena. Seperti nama perempuan? Terus kenapa?! Entahlah, barangkali karena Papa dan Mama saya waktu itu menginginkan anak perempuan tetapi ternyata yang lahir laki-laki. Atau barangkali Papa ingin balas dendam karena namanya pun seperti nama perempuan. Tetapi kata Papa saya diberi nama Sena agar lebih Indonesia-wi. Lihat saja di KBBI, adanya lema Sena tidak ada lema Seno. Meski begitu Papa tetap memanggil saya ‘Seno’ agar lebih Jawa-wi.

Nama: Seno, Umur: 4 bulan kurang beberapa hari
Nama: Seno, Umur: 4 bulan kurang beberapa hari

Sudah lihat lema nama saya di KBBI? Berarti sudah tahu, kan, kalau artinya adalah ‘tentara’? Mungkin dengan memberi saya nama itu Papa berharap kalau anaknya ini tangguh seperti tentara, kuat seperti prajurit. Tahu sendiri, kan, waktu lahir berat saya cuma satu kilo lebih lima ratus gram. Ringkih seperti ranting patah yang sudah kering, Papa bilang. Jadilah malam sebelum saya lahir Papa akhirnya semacam mendapatkan ilham untuk memberi saya nama itu.

Jadi tidak benar, ya, kalau ada yang mengatakan bahwa Papa memberi saya nama itu karena waktu saya lahir Papa sedang getol-getolnya menonton OK-JEK di televisi. Atau karena waktu itu sudah bertahun-tahun lamanya Papa menanti lanjutan kisah Pendekar Tanpa Nama dalam seri Nagabumi dari penulis kesukaannya.

Oke, cukup membahas nama.
Ada yang bertanya perihal gaya rambut saya? Rambut saya yang botak di kanan dan kiri dan hanya ada di tengah itu bukan model mohak atau apa, ya. Bagian kiri dan kanan tidak berambut itu karena bekas pasang infus.

Jadi tadi saya sudah kasih tahu kalau saya itu BBLR, kan? Bayi Berat Lahir Rendah, kalau ada yang bertanya. Hari kedua Mama melahirkan saya, saya sudah dikasih pulang oleh orang rumah sakit. Tetapi karena saya belum setangguh namanya, jadilah saya dilarikan kembali ke rumah sakit. Tentu rumah sakitnya kali ini tidak sama dengan rumah sakit yang waktu itu entah tega atau bagaimana memulangkan saya.

Saya menginap dua puluh dua hari penuh di ruangan NICU. Bagi yang tidak tahu apa itu NICU silakan gugling sendiri, lah. Selama itu pula saya diinfus. Pertama-tama infus dipasang di tangan kiri. Lalu entah mengapa harus dipindahkan ke tangan satunya lagi. Lalu dipindah lagi di kaki. Lalu karena tidak ketemu lagi tempat pindah untuk dipasang infus jadilah Tante Suster pasang infus di kepala, yang mana artinya bagian kepala yang akan dipasangi infus harus dikerok dulu rambutnya. Botak sebelah, deh.

Entah itu tante-tante perawatnya kasih saya jamu apa lewat infus itu; dua puluh dua hari kemudian saya dibebaskan bersyarat dan pulang ke rumah.

Baru beberapa hari menghirup udara bebas dari inkubator, saya sudah berulah lagi. Akhirnya kembalilah saya dijebloskan ke dalam inkubator lagi di rumah sakit yang lain lagi. Di sinilah rambut saya yang sebelahnya lagi-lagi dibabat tanpa stylist hingga antara kanan dan kiri tidak simetris lagi.

Cukuplah masa selama delapan hari untuk menebus penyakit saya. Tetapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Tetapi ternyata saya masih harus berhadapan dengan para dokter. Setelah mengingat, menimbang, dan memperhatikan apa yang ada pada saya, para dokter pun memvonis saya dengan HIL bilateral.

Mama dan Papa pun panik, karena dengan begitu saya harus kembali mendekam di rumah sakit dan menjalani prosedur operasi. Tindakan operasi sangatlah riskan terlebih apabila dikenai kepada bayi sekecil saya pada waktu itu. Bahkan Mbah pun sempat mencegah agar saya tidak dioperasi.

Tindakan operasi yang disarankan dokter memang belumlah bersifat segera, tetapi apabila tidak disegerakan dikhawatirkan sewaktu-waktu saya bisa teramat kesakitan. Maka dengan pelbagai pertimbangan yang di antaranya itu tadi, Papa dan Mama pun memutuskan saya harus segera dioperasi. Kata mereka, “Toh Seno masih terlalu kecil untuk mengingat rasa sakitnya.”

Cukup sekian dulu cerita saya hari ini. Saya sudah lapar ingin minum susu. Plus mengganggu Nenek nonton Uttaran dapat membuat sore hari saya lebih berwarna. Tabik!

8 pemikiran pada “Perkenalkan

Silakan berkomentar sesuka hati