Hujan.
Menjanjikan kesejukan.
…
Tapi bohong.
View on Path
Menindaklanjuti pertanyaan-pertanyaan dari Mbak Nur, kali ini aku akan jawab satu pertanyaan berikutnya. Secara acak, tentu saja. Kena apa? Karena aku suka acak. π
Pertanyaan nomor 9 adalah pertanyaan yang akan kujawab pada kesempatan siang yang dingin \karena AC dua-duanya disetel pada suhu 16 derajat dan kaos kakiku basah kena tumpahan air minum\ ini.
9. Apa 3Β hal sederhana yang bikin kamu bahagia?
Sesungguhnya sangatlah mudah bagiku menjawab pertanyaan ini. Karena pertanyaannya sederhana, maka jawabanku pun menjadi sederhana:
Maka bukanlah aku yang baik hati ini berlaku apabila tidak memberi bonus. Adapun bonusnya adalah:
3,5. Sebagaimana yang pernah kutuliskan dalam postingan “Bahagia Sederhana”.
Itulah bahagia sederhanaku. Bagaimana dengan kalian?
Duhai engkau,
Tahukah kalau belakangan ini aku sedang rajin berlatih nyanyian katak? Eh, yang benar katak ataukah kodok? Mendung saja yang datang, tanpa setetes keademan. Maka haruskah aku mengambil kursus tarian indian?
Tahukah kalian bahwa di dunia ini ada hal semacam jagung rasa ayam panggang? Seperti itu pulalah bahwa pagi ini terdapat pujul Tujuh rasa pukul Lima.
Tahukah pula kalian bahwa sesungguhnya hujan membebaskan pohon-pohon besar dari kepesingan? Seperti itu pulalah cipratan becek membebaskan celanaku dari kebersihan.
Kau, hujan
Nyitlah!
Agar datang pelangi
Hangat mentari
Dan waria berbikini
Pekan terakhir di bulan Oktober tahun ini
Langit Jakarta mulai rajin mendung
Kemudian mencurahkan hujan
Genangan air membanjir
Sampah merajalela
Disentri
Diare
AC mati
Gerah sirna
Rajin berkumpul
Di ruang keluarga
Di bawah jalan layang
Jas hujan bagaikan gorengan
Payung bagai cendawan main hujan
Ketika aku melakukan pencarian dengan kata kunci biang keringat dan musim kemarau, muncullah hasil sebagai berikut:
Dari sekian situs web hasil pencarian tersebut, ternyata memang biang keringat itu penyakit untuk bayi dan anak-anak. Maka aku adalah salah seorang dari segelintir dewasa dengan tubuh penuh biang keringat. T~T
Sejatinya April masihlah termasuk ke dalam musim kemarau. Maka wajarlah jikalau ruam-ruam masih menjalari kulitku. Menjadi tidak wajar karena hujan turun dalam beberapa hari ini. Termasuk pada saat sekarang ini ketika aku sedang mengetikkan tulisan ini. Lihat saja gambar di atas, terlihat layar komputerku terkena titik-titik air hujan, bukan? Lanjutkan membaca “Miliaria Bukan Malaria Apalagi Miliarder!”
Malam pun mulai hujan ketika aku beranjak ke kamar mandi. Maka dalam hujan aku pun mandi. Dalam mandiku, aku mulai memenuhi kepalaku dengan beragam pikiran. Mandi dalam hujan itu seperti keadaan menangis dalam hujan. Tangis akan tertutupi oleh hujan dan orang tiada akan tahu bahwa kita menangis dalam hujan.
Pikiran yang sama ternyata telah memenuhi otakku waktu dahulu aku punya pemikiran bahwa mandi ketika berenang tak ubahnya seperti hanya berenang meski sebenarnya kita juga mandi. Maka kencing dalam berenang pun akan sama halnya seperti kita hanya berenang padahal sebenarnya kita mandi dengan air seni kita sendiri.
Seiring dengan penuhnya kepalaku akan pemikiran-pemikiran absurd itu, kamar mandi pun terisi oleh kegelapan. Maka aku pun mandi dalam gelap. Meski gelaplah segala yang dapat kupandang, aku tak bisa terlelap, karena aku sedang mandi dalam gelap. Lanjutkan membaca “Hujan dan Filosofi Kehidupan”