Bajuku Dulu

Bajuku dulu ♪ tak begini ♫
♪ Tapi kini… ♫

Ketika mataku menatap setumpukan baju di dalam lemari, tanpa sengaja aku melihat seonggok kaos berwarna aneh. Terbersit dalam ingatanku yang karatan ini bahwa aku tidak pernah memiliki baju dengan warna seaneh itu. Maka aku ambil itu kaos. Aku jembreng. Kulaksanakan falsafah 3D: Dilihat, Diraba, Diterawang.

Dari gambarnya, sepertinya aku kenal. Tapi tidak dengan warnanya. Maka jelaslah kalau kaos itu adalah memang kaosku, yang kini telah berubah rupa sedemikian warna sehingga membuatku pangling.

Kaos itu adalah buah tangan dari seorang kawan yang pernah dinas beberapa hari lamanya di Kalimantan Barat. Maka wajar saja jikalau terdapat tulisan ‘Kalbar’ di kaos tersebut, bukan? Nah, warna bahan kaos aslinya adalah hijau cerah. Kini kaos itu berwarna cokelat kehijau-hijauan atau hijau kecokelat-cokelatan. Bagaimana gerangan perubahan ini bisa terjadi?

Selidik punya selidik, rupa-rupanya ibu cuci baru pengganti Ibu Cuci Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang telah pulang ke kampung halaman itu tidak mengetahui akan sebuah rahasia. Rahasia tersebut hanya akan terkuak manakala pakaian seragam kerjaku yang berwarna merah itu dicuci. Dengan kata lain, pakaian seragam kerjaku yang itu akan membagikan kemerahannya kepada pakaian-pakaian lain yang ikut tercuci bersamanya.

Investigasiku tidak berhenti sampai kesimpulan deduksi semacam itu. Setelah kuteruskan penyelidikanku, ternyata tak hanya kaos Kalbar yang telah menjadi korban. Sehelai kaos dalamku yang dulu pucat pasi kini semakin berani. Ibu cuci oh ibu cuci baru, mengapa dikau tidak mengindahkan anjuran yang tertera di sampul belakang deterjen untuk memisahkan pakaian putih dari pakaian berwarna?

8 pemikiran pada “Bajuku Dulu

Silakan berkomentar sesuka hati