Aku berpikir, Saudara, bahwa dalam hidup tidak semua hal sesuai dengan falsafah naik sepeda. Falsafah yang bagaimana? Apabila kita sudah bisa naik sepeda, kemudian selama beberapa waktu kita tidak naik sepeda, begitu kita harus naik sepeda lagi maka dengan sendirinya kita akan teringat keahlian kita bersepeda dan bisa mengendarainya tanpa kesulitan.
Aku bahkan sampai lulus SMA ke mana-mana naik sepeda. Karena kupikir sepeda tidak merugikan lingkungan, tidak menambah polusi udara, dan menyehatkan pula. Di samping memang tak punya sepeda motor pun. 😀 Kemudian selepas lulus SMA aku pun mengembara merantau. Tidak naik sepeda pun selama di tanah rantau. Tetapi ketika pulang ke kampung halaman, aku langsung bisa saja mengendarai sepedaku. Tentunya detik-detik pertama badanku membutuhkan sedikit pengingatan. Tetapi hanya itu, sebentar saja.
Lain halnya dengan pengalamanku mengendarai sepeda motor. Suatu pagi di hari Ahad, ketika masih duduk di kelas 1 SMA, untuk pertama kalinya aku mengendarai sepeda motor. Saking penasarannya mengendarai motor, aku nekad pagi itu diam-diam, setelah diam-diam pula mengambil kuncinya, kukeluarkan sepeda motor 2-tak milik ayah. Kunyalakan, lalu pelan-pelan bisa dengan serta-merta aku mengendarainya. Kuajak si motor keliling kampung. Lanjutkan membaca “Belajar Ulang”